ARTIKEL ISLAM I
“PEMUDA MUSLIM SEBAGAI PENDIDIK  DALAM TRANSFORMASI ILMU BERBASIS AL-QUR’AN”
(Dalam Menyosong Sinar Harapan Pendidikan)
Oleh : Muhamad Nikmatullah
Realitas modern saat ini, dimana di dunia islam sedang terjadi dekadensi islam dalam berbagai demensi kehidupan. Pemahaman yang salah tentang islam telah memunculkan perilaku hidup yang negatif, ada yang berinteraksi dengan al-qur’an tetapi kehidupannya jauh dari al-qur’an sehingga berjalan tidak seimbang. Al-qur’an menempati posisi signifikan dalam islam, sehingga dinamika penafsiran terhadap ayat-ayat Al-qur’an tidak pernah mengalami stagnasi. Al-qur’an merupakan kitab yang menjadi dasar paradigma budaya, dinamika pendidikan, dan peradaban, dengan Al-qur’an bangunan masyarakat manusia menjadi sempurna generasi masyarakat yang berpegang teguh pada kekuatan jiwa, ruh dan anti materialisme.
Al-quran yang telah hadir berabad-abad ditengah peradaban perkumpulan umat manusia, telah berperan sebagai unsur utama dalam membentuk pemikiran mereka, dan mengalir deras masuk kedalam literatur dan perbincangan mereka. Ia menjadi fenomena unik dalam sejarah agama yang mereflekasikan situasi sosial, ekonomi, religius, dan politik  pada suatu bangsa, namun pada saat yang sama ia juga berfungsi sebagai pedoman hidup dan aturan tindakan bagi berjuta-juta manusia tentunya untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dalam bentuk ajaran aqidah akhlak, hukum, dan falsafah, siyasah ibadah dan sebagainya.



AL-QUR’AN SEBAGAI DASAR DALAM TRANSFORMASI ILMU
Al-qur’an menempati posisi sentral, bukan hanya sekedar dalam pengembangan dan perkembangan gerak sejarah dan dinamika umat islam, tetapi juga menjadi pemandu terhadap pergerakan pendidikan yang kaya akan ilmu-ilmu keislamannya, hal ini akan menjadi landasan dalam transformasi ilmu di dunia pendidikan tetapi juga menjadi inspirator  terhadap Seorang pendidik Dalam mengajar dan mendidik peserta didik. Pendidik haruslah memiliki jati diri keislamannya, yang mampu mempengaruhi peserta didik untuk berada dijalur ajaran islam melalui proses pembelajaran. Mentransfer ilmu dengan mengkorelasikan  tiap teori  pelajaran dengan ajaran agama Allah SWT memudahkan pendidik muslim untuk  memerangi jahiliyah modern, yakni Suatu generasi yang meremehkan perintah dan larangan Allah SWT. Tuntutan itu mencoba menjinakan kemodernan secara komprehensif yang selaras dengan nilai-nilai wahyu (Al-qur’an) dan As-sunah, yang dapat menumbuhkan gaya hidup peserta didik yang produktif, dinamis, dan sukses baik secara material maupun spiritual, hal ini disebabkan oleh pendidikan yang berbasis Al-Qur’an mampu membentuk karakter moral yang tinggi.

PEMUDA MUSLIM SEBAGAI PENDIDIK YANG CERDAS
Barang siapa ingin menggenggam nasib suatu bangsa, maka genggamlah para pemudanya”. Masih ingatkah pernyataan tersebut ?. Berbicara masalah pemuda berarti berbicara tentang masa depan karena dia adalah generasi pewaris yang akan mengganti estafet kepemimpinan sebuah generasi. Sosok pemuda mempunyai nilai sejarah tersendiri. Perubahan masa ke masa tidak lepas dari tangan pemuda, terutama masalah pendidikan. Pemuda merupakan generasi penerus dari golongan yang tua, dan sebagai harapan bangsa. Namun, seperti apakah pemuda muslim pendidik itu ?. Pemuda muslim pendidik ialah seseorang yang beragama Islam yang mampu mengamalkan ilmu dunia dan akhirat kepada peserta didik dimana dalam proses pembelajarannya ia tidak mengesampingkan nilai-nilai yang terkandung dalam AL-Qur’an sebagai sumber utama, dalam hal ini ia mengemban amanah besar dalam mencerdaskan anak didik yang berlandaskan AL-Qur’an kemudian ia berpasrah diri, dalam hal ini berpasrah kepada Allah SWT.
Pemuda Muslim sebagai pendidik harus memiliki  kecerdasan, dengan begitu ia harus mampu membedakan antara hak dan batil. Dalam cakupan ini, cerdas disini bukan hanya dalam intelektualnya saja, tetapi harus cerdas dalam emosional dan spiritualnya juga. Jadi, cerdas dibagi menjadi tiga yakni, Cerdas Intelektual, Cerdas Emosional dan cerdas spiritual. Cerdas Intelektual adalah kemampuan intelektual, analisa, logika, dan rasio. Ia merupakan kecerdasan untuk menerima, menyimpan, dan mengelola informasi, menjadi fakta. Informasi bisa di dapat lewat pendengaran, penglihatan, atau penciuman yang biasa disebut berfikir. Jadi. Pemuda muslim pendidik juga harus berfikir mengenai agamanya yaitu harus bisa membedakan antara yang diperbolehkan agama dan yang dilarang oleh agama. Cerdas Emosional yaitu mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, dan juga untuk memotivasi diri dan bertahan menghadapi frustasi, jadi saat masalah menghampiri seseorang, maka orang itu tidak boleh memendam perasaannya sendiri. Itu semua untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, agar bisa mengatur suasana hati dan menjaga agar tidak melumpuhkan. Kecerdasan Spiritual dalam bahasa etimologi adalah kecerdasan berkonotasi dengan intelektualitas, dalam berbagai referensi intelektualitas mengandung arti cerdas, pintas, dan mempunyai keilmuan. Sedangkan spiritual ialah sebuah wujud penjiwaan seseorang dalam memaknai sebuah arti hidup dan kehidupan dalam kaitannya dengan Allah. Jika Ketiga hal tersebut dijadikan sebagai tujuan dan cita-cita setiap pendidik dalam mentransformasikan berbagai macam ilmu maka cita-cita pendidikan untuk  mencerdaskan generasi bangsa yang cerdas berprestasi dan berakhlak mulia akan menjadi kenyataan.

PEMUDA SEBAGAI PENDIDIK MEMBERIKAN SINAR HARAPAN TERHADAP DINAMIKA PENDIDIKAN
Pemuda memiliki hasrat yang tinggi untuk melakukan suatu perubahan, hal ini membawa dampak pemuda berpotensi untuk membuat kebijakan, dan juga potensial untuk membuat keonaran. Jika di kembangkan kearah positif, maka para pemuda dapat menjadi asset yang berharga bagi bangsa maupun umatnya. Meski demikian, perlu juga diwaspadai, masa muda adalah masa dimana segala Hasrat dan keinginan bergejolak dahsyat dalam jiwa. Godaan dan dorongan nafsu mendesak sangat kuat. Sehingga peluang untuk tergelincir pada lembah kemaksiatatn terbuka lebar, sebagaimana peluang menuju kesuksesanpun terhampar di depan mata.
Seorang pendidik membutuhkan legitimasi agama untuk menumbuhkan heroisme melawan kekuatan eksternal, karena dewasa ini kondisi masyarakat indonesia terutama seorang pendidik menyimpang dari pandangan qur’ani. Mereka berusaha mengembalikan citra islam, akan tetapi dalam usaha tersebut mereka mengalpakan Al-qur’an yang didalamnya terdapat ketentuan-ketentuan jagad raya dan kehidupan, padahal Al-qur’an adalah kontitusi kemanusiaan dan hukum bagi manusia sepanjang masa dimanapun berada.
Dunia pendidikan di Indonesia sejak zaman orde baru sampai orde reformasi tidak pernah mendapat perhatian yang selayaknya bila dibandingkan dengan program ekonomi. Berbagai problema yang menjadi penyebab kemunduran islam yang berimplikasi pada bangsa kita kembalikan lagi kepada para pendidik bangsa ini, sudah sampai mana ia untuk menjadi seorang pendidik yang berkarakter qur’ani yang berpedoman pada Al-qur’an. Pendidik adalah pemimpin untuk anak didiknya, ia harus mampu menggenggam keteguhannya dalam mempertahankan nialai-nilai Al-qur’an dalam diri mereka.
Pendidik harus mempercayai dan membuktikan kepada peserta didik bahwa dengan mencintai, mempelajari, dan mengamalkan Al-qur’an mereka dapat mencapai kesuksesan dan keberhasilan yang bersih tanpa mengesampingkan nilai-nilai moral dan kemanusiaan. Oleh karena itu seorang pendidik generasi bangsa yang berkarakter qur’ani sangat penting dan harus ada untuk menciptakan mental dan karakter yang kuat, bersahabat dan bermanfaat dengan dasar moral yang tinggi, manusia-manusia yang berkarakter seperti itulah yang akan menciptakan bangsa yang kuat pula hingga mencapai kejayaan. Oleh karena itu pemuda muslim sebagai pendidik dirindukan kehadirannya, karenaa ia mampu memberikan sinar harapan untuk terus berusaha menguatkan dan mengkokohkan pendidikan yang berkarakter berbasis AL-qur’a hingga benar-benar menghasilkan manusia yang berkarakter qur’ani yang kuat, bersahabat, dan bermanfaat tentunya berlandaskan AL-qur’an. Manusia-manusia berkarakter tersebutlah yang akan menciptakan bangsa yang religius, mandiri, berkarakter hingga dengan mudah menggapai kejayaan. Apabila generasi penerus bangsa memang sedemikian penting sebagai bibit unggulan bangsa dalam menuju peradaban dunia, sudah sampai mana kita sebagai pendidik ataupun calon pendidik menjadi qudwah ? bukankah sudah selayaknya kita melaksanakannya demi indonesia jaya ?.
"Knowledge is important and character is more. But moral and religious are the most.”

ARTIKEL ISLAM KE- II
Mau Jadi Pemimpin Idola ???, Sudah Masuk Pendidikan BERBASIS AL-QUR’AN belum  ???
Realitas modern saat ini, dimana di dunia islam sedang terjadi dekadensi islam dalam berbagai demensi kehidupan. Pemahaman yang salah tentang islam telah memunculkan perilaku hidup yang negatif, ada yang berinteraksi dengan al-qur’an tetapi kehidupannya jauh dari al-qur’an sehingga berjalan tidak seimbang. Al-qur’an menempati posisi signifikan dalam islam, sehingga dinamika penafsiran terhadap ayat-ayat Al-qur’an tidak pernah mengalami stagnasi. Al-quran yang telah hadir berabad-abad ditengah peradaban perkumpulan umat manusia, telah berperan sebagai unsur utama dalam membentuk pemikiran mereka, dan mengalir deras masuk kedalam literatur dan perbincangan mereka. Ia menjadi fenomena unik dalam sejarah agama yang mereflekasikan situasi sosial, ekonomi, religius, dan politik  pada suatu bangsa, namun pada saat yang sama ia juga berfungsi sebagai pedoman hidup dan aturan tindakan bagi berjuta-juta manusia tentunya untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dalam bentuk ajaran aqidah akhlak, hukum, dan falsafah, siyasah ibadah dan sebagainya. 
Al-qur’an menempati posisi sentral, bukan hannya sekedar dalam perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga menjadi inspirator dan pemandu terhadap gerak sejarah dan dinamika umat islam.  Seorang khalifah Dalam memimpin suatu umatnya haruslah memiliki jati diri keislamannya yang tidak selalu mencerminkan keinginan untuk menyetop lajunya penyebaran kemodernan dan membangkitkan kembali masyarakat yang telah tenggelam di masa lalu. Tuntutan itu mencoba menjinakan kemodernan secara komprehensif yang selaras dengan nilai-nilai wahyu (Al-qur’an) dan As-sunah, yang dapat menumbuhkan gaya hidup masyarakat yang produktif, dinamis, dan sukses baik secara material maupun spiritual, seorang ahli tafsir Wahbah al-Zuhaily menyatakan bahwa “suatu peradaban, baik barat maupun timur, sebaiknya memiliki aturan fisik dan psikisnya atau material dan spiritualnya”. Oleh karena itu peradaban barat akan mudah goyang terancam lenyap karena berpihak pada aspek materialistik (fisik) semata, dan kurang begitu mementingkan aspek spiritual (psikis). Sedangkan peradaban islam yang berdiri atas material dan spiritual akan tetap bertahan dan berkesinambungan. Kemunduran umat islam disebabkan karena telah ditinggalkannya ajaran-ajaran islam sebenarnya. Seorang pemimpin membutuhkan legitimasi agama untuk menumbuhkan heroisme melawan kekuatan eksternal, karena dewasa ini kondisi masyarakat indonesia terutama yang duduk di bangku kepemerintahan mayoritas tokoh-tokohnya menyimpang dari pandangan qur’ani . Mereka berusaha mengembalikan citra islam, akan tetapi dalam usaha tersebut mereka mengalpakan Al-qur’an yang didalamnya terdapat ketentuan-ketentuan jagad raya dan kehidupan, padahal Al-qur’an adalah kontitusi kemanusiaan dan hukum bagi manusia sepanjang masa dimanapun berada.
Al-qur’an merupakan kitab yang menjadi dasar paradigma budaya, dinamika, dan peradaban, dengan Al-qur’an bangunan masyarakat manusia menjadi sempurna generasi masyarakat yang berpegang teguh pada kekuatan jiwa, ruh dan anti materialisme. Berbagai problema-problema yang menjadi penyebab kemunduran islam yang berimplikasi pada bangsa kita kembalikan lagi kepada pemimpin bangsa ini, sudah sampai mana ia untuk menjadi seorang pemimpin yang berkarakter qur’ani yang berpedoman pada Al-qur’an, bahkan dalam pelajaran sejarah disebutkan bahwa umat muslim pada masa kepemimpinannya mampu mencapai masa keemasan karena keteguhannya dalam mempertahankan nialai-nilai Al-qur’an dalam diri mereka. Di masa itu bangsa muslim mempercayai dan membuktikannya bahwa dengan mencintai, mempelajari, dan mengamalkan Al-qur’an mereka dapat mencapai kesuksesan dan keberhasilan yang bersih tanpa mengesampingkan nilai-nilai moral dan kemanusiaan. Oleh karena itu seorang pemimpin bangsa yang berkarakter qur’ani sangat penting dan harus ada untuk menciptakan mental dan karakter yang kuat,bersahabat dan bermanfaat dengan dasar moral yang tinggi, manusia-manusia yang berkarakter seperti itulah yang akan menciptakan bangsa yang kuat pula hingga mencapai kejayaan.
Pendidikan karakter berbasis Al-qur’an merupakan langkah awal yang disusun dan dirancang secara sistematis yang akan dilaksanakan sedini mungkin untuk membantu peserta didik dalam memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan tuhan yang maha esa, pribadi, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perkataan, dan perbuatan yang berpedoman pada Al-qur’an. Dalam rangka menciptakan generasi muda yang berkarakter qur’ani yang berpedoman pada Al-qur’an dipersiapkan sedini mungkin yang pelaksanaannya secara teratur dan terarah agar mencapai hasil yang lebih baik yaitu memulainya dengan membaca Al-qur’an, menghafal, memahami, menghayati, dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari sejak usia dini. Oleh karena itu diperlukan kerjasamanya orang tua, tenaga pendidik dan pemerintah sebagai penyelegara kurikulum pendidikan dalam tranformasi nilai-nilai agama dan akhlak pada peserta didik sedini mungkin yang harapan besarnya menjadi qudwah bagi generasi penerus bangsa. Hal ini bertujuan untuk memberikan bekal dan dasar karakter positif pada penerus pemimpin bangsa tersebut. Setelah itu Disini peran orang tua dan tenaga pendidik mampu berusaha menguatkan dan mengkokohkan pendidikan karakter dasar tersebut hingga benar-benar menghasilkan manusia yang berkarakter qur’ani yang kuat, bersahabat, dan bermanfaat. Manusia –manusia berkarakter tersebutlah yang akan menciptakan bangsa yang religius, mandiri, berkarakter hingga dengan mudah menggapai kejayaan. Apabila generasi penerus bangsa memang sedemikian penting sebagai bibit-bibit unggulan bangsa dalam menuju peradaban dunia, sudah sampai mana kita menjadi qudwah ? bukankah sudah selayaknya kita melaksanakannya demi indonesia jaya ?

"Knowledge is important and character is more. But moral and religious are the most.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Surat Tunda Kuliah